MENULIS DENGAN JUJUR, PILIHAN ATAU PAKSAAN?

menulis dengan jujur

Menulis dengan jujur sudah gue lakukan sejak SD. Menulis diari, mengarang bebas, story telling, semua gue suka. Ngga tau kenapa ketika menulis gue menemukan kekuatan yang lebih besar untuk menyampaikan sesuatu. Dibandingkan dengan berbicara langsung, gue merasa lebih mudah menyampaikan sesuatu dengan menulis.

Menulis tangan, saat ini malah menjadi kebutuhan gue. Ngga tau ya, gue merasa tenang aja ketika menulis. Gue bisa melihat perubahan emosi dalam tulisan tangan. Ketika mood membaik, memburuk, marah, sedih, kesepian, butuh pengakuan, gue bisa melihatnya dalam tulisan gue sendiri. Menulis bisa menyampaikan banyak informasi, yang yang terlihat jelas maupun tidak tertihat dengan jelas.

Ada banyak alasan kenapa suka atau tidak suka menulis, tapi buat gue tidak perlu alasan untuk menulis. Menulis, murni masalah kebutuhan.

Dari menulis gue mendapatkan beberapa hal penting, berikut yang bisa gue bagi :

Perasaan lega

Dalam keadaan susah dan senang, gue terbiasa menulis. Mencurahkan segala isi hati. Selesai menulis gue mendapati kondisi yang release. Menulis adalah salah satu metode healing yang sering gue praktekkan. Kadang ya, gue menulis dulu baru kemudian menemukan banyak hikmah.

Untuk bisa menulis diperlukan banyak bacaan, begitu kata pepatah, tapi buat gue untuk bisa menulis kita hanya perlu kejujuran

Pengakuan

Ada apa dengan pengakuan? bagaimana bisa menulis memenuhi kebutuhan gue akan pengakuan? yess beb, dari menulis gue mendapatkan pengakuan yang gue inginkan, gue butuhkan. Gue merasa bermanfaat ketika menulis dan ada beberapa orang yang merasa relate dan mendapatkan jawaban.

Pernah juga ada di fase star sindrom, addict dengan like dan komen, padahal mah siapa gue hahahaha. Seleb bukan, terkenal juga kagak, bisa-bianya kena star sindrom hahahhaha, anjiirr ngakak sendiri gue beb hahhahahaha. Masih kah mengalami hal itu? kadang-kadang masih beb. Cuma udah mulai kembali fokus dengan komitmen bahwa menulis adalah kebutuhan gue untuk jujur dengan segala hal.

Jadi kudu aware banget ketika menulis, banyak dzikir biar gak kesambet wakakakakakak. Menulis mengasah self awareness gue beb.

menulis dengan jujurCuma emang agak pressure ketika menulis titipan brand trus yang like dan komen dikit hahahhaha. Coba para influencer mana suaranya hahahah, senasib ga sih? Cari temen wkwkwkkwkw.

Penghasilan

Setelah perjalanan panjang, gue akhirnya menyadari bahwa menulis bisa dijadikan ladang cuan wkwkwkkwk, telat banget emang beb. Gue mendapatkan penghasilan dari menulis caption, menulis artikel, menulis buku. Menulis akhirnya gue jadikan profesi utama.

Tentu berbeda ya menulis untuk diri sendiri dengan menulis karena pesanan. Tapi satu ada kesamaan, dan penting, menulis harus selalu jujur agar dapat menyentuh hati. Energi doesn’t lie. Ada banyak adaptasi yang harus dilakukan, tapi percayalah ketika kita melakukannya dengan jujur, sepenuh hati, dan konsisten,  dia akan membalas kita dengan hasil yang sepadan. Bukan sekedar materinya, tapi lengkap dengan hasil berupa im-materi.

Seperti halnya gue memutuskan untuk memulai lagi karir di usia 40an ini. Berat sih, tapi karena terdesak kondisi, mau ga mau harus dilakukan, hahahhaah. Menulis, akhirnya tetap menjadi teman setia dalam suka dan duka. Sepenting dan sesetia itu menulis buat gue beb.

Ini juga alasan kenapa gue bergabung dengan KUBBU, klub blog dan buku. Gue butuh temen yang se-vibe dalam menulis. Di dalam KUBBU, banyak sekali anak muda yang passioante menulis, menguasai banyak teknik penulisan, dan humble, ga pelit ilmu. I’m so blessed.

Salam kopi saset ahahahhahaha.

 

3 Thoughts to “MENULIS DENGAN JUJUR, PILIHAN ATAU PAKSAAN?”

  1. Salam Kopi saset Juga Mba, ditunggu tulisan tulisan selanjutnya

  2. Sepakat, menulis bisa jadi metode healing n kontemplasi 🙂

  3. Setuju mba. Menulis itu harus jujur. Apalagi kalo yg ditulis review. Blogku itu aku pisahin, antara blog yg traveling dan satunya blog ulasan buku. Susah memang utk menulis jujur, apalagi kalo mikirnya takut menjatuhkan usaha orang. Tapi aku belajar untuk menulis sisi negatif sehalus mungkin, dan sebisanya kasih feedback. Kalo cuma maki2 ga jelas saat mereview, sama aja kayak orang ga berpendidikan, marah2, tapi dia sendiri ga tau cara mecahin masalahnya.

    Cuma kalo tempat yg aku datangin dan coba, udah terlalu jelek, sampe ga Nemu positifnya apa, aku lebih milih ga usah tulis di blog aja sekalian 🤣🤣🤣.

Leave a Comment